CLICK HERE FOR THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES »

9/06/2007

PERUSAHAAN MONOPOLI PEMERINTAH RUGI????

Perusahaan adalah sebuah organisasi yang mencari untung dari hasil produksinya,persaingan yang ketat menimbulkan berbagai kondisi yang memaksa manajemen untuk bersaing dengan perusahaan sejenis baik yang didalam Negeri maupun produk-produk hasil impor dari luar.

Para pengusaha selalu mencari terobosan-terobosan baru agar produk-produknya tetap dipakai oleh masyarakat luas. Keadaan semacam ini sudahlah lazim,dan memang seperti itu hukumya siapa yang murah dan mempunyai kualitas akan mendapatkan tempat dimasyarakat.

Satu yang unik di Negara ini adalah kenyataan tentang pernyataan-pernyataan para pejabat perusahaan Negara bahwa perusahaan yang dipimpinnya merugi terus,seperti halnya PLN, PDAM dan Pertamina.

Saya tak pernah habis fikir sama keadaan ini,sebab kita ketahui bersama ketiga perusahaan ini adalah sebuah perusahaan milik pemerintah yang merupakan perusahaan-perusahaan monopoli Negara,dan notabene bahan bakunya pun tidaklah dibeli,karena diambil langsung dari alam. Bagaimana bahan baku yang nol (0) tanpa membeli dari distributor bahan baku kok sampai mengalami kerugian?
Contohlah PLN,entah itu yang dari tenaga Air atau Uaplah,Uap tidaklah beli karena memanfaatkan panas matahari dan air laut,ini sudah disediakan oleh alam, kita nol (0) membeli,samasekali tidak membeli,PDAM –Air,seringkali perusahaan ini mengeluh kalau PDAM merugi sampai milyaran rupiah??? Apakah benar…….karena airpun kita tidak pernah membelinya,perusahaan hanya memanfaatkan sumber-sumber yang ada kok bisa-bisanya merugi,atau yang paling baru adalah Pertamina mengeluh kerugian pertahun sampai triliunan rupiah,apalagi ini……..wong bahan bakunya semua dari alam Indonesia sendiri tidak ada yang dibeli dari Negara lain kok bilang merugi,semua ini hanya terjadi disini di Indonesia Raya.
Sekarang Minyak dikonversi keGas,apa-apaan ini,bahan baku tidak juga membeli dari Negara lain kita bahkan mengekspor minyak mentah kenegara lain,adakah jaminan ketika minyak tergantikan oleh gas trus pemerintah bilang kalau pertamina tidak merugi lagi??

Teman,coba kita berfikir bersama, mungkin anak Sekolah Dasarpun tahu bahwa bahan-baku yang dimonopoli oleh perusahaan Negara itu semuanaya diambil dari alam Indonesia sendiri,tidak ada yang membeli jadi apakah kita tetap akan mengamini ketika mereka bilang kalau perusahaannya merugi,bahkan ketika seluruh rakyat Indonesia mau tidak mau memakainya,dan membutuhkannya.

Jangan mau dibodohi lagi kawan,ini adalah tipuan dari mereka yang tidak punya keinginan agar Negara ini menjadi Negara yang maju. Klau perusahaan-perusahaan monopoli Negara merugi yang salah itu siapa?benarkah merugi,atau oaring-orang didalamnyalah yang tidak bisa dalam mengelola.itu saja kok repot.

6 comments:

Muhammad Mufti said...

Di jaman penjajahan Belanda, monopoli yang dilakukan oleh perusahaan Belanda selalu untung besar. Di jaman merdeka seperti sekarang, masa monopoli malah rugi, padahal tak ada pesaing. Duitnya dikemanain ya, pasti ada yang salah di lingkungan internnya

RA. Arini Hartini said...

Saya tertarik dengan ulasan Anda. Terutama mengenai perusahaan Monopoli di Indonesia. Saya sedang mengadakan penelitian tentang salah satu perusahaan Monopoli di Indonesia yang mengalami kerugian. Ulasan Anda telah menambah wacana untuk Saya.

matahari said...

hmm saya sedikit banyak tau tentang industri kelistrikan di Indonesia mas.

Sederhananya, yang bikin rugi itu karena harga jual jauh dibawah harga produksi.

coba mas bayangin kalau ada tukang mangga, untuk beli mangga sekilo dia habis duit Rp. 1.500,- (itu dia sudah berusaha untuk cari yang paling murah dengan cara yang paling murah juga). Setelah itu, dia njualnya cuman Rp. 600,-. hmm tentu rugi donk.

begitu juga dengan industri kelistrikan di Indonesia. kerugian yang diderita PLN itu ditutup oleh pemerintah dengan subsidi. tetapi pendapatan dari hasil penjualan + subsidi itupun masih belum mencukupi untuk biaya operasional, apalagi untuk investasi (untuk membangun pembangkit baru agar lebih banyak daerah yang dapat listrik)

jadi, kita sebagai warga negara, apa yang bisa kita lakukan. kalau menurut saya sih:
1. hemat energi, pakai listrik secukupnya (karena semakin banyak listrik yang kita pakai, perusahaan listrik negara kita bakal semakin rugi).
2. kalau ada kenaikan tarif, kita harus maklum

itu saja dari saya. tks

Anita said...

wow.. sungguh menarik ada yg membahas hal ini sehingga membuat saya tergelitik untuk sedikit mengomentari.
Pertama yg ingin saya bahas adalah pengertian pasar monopoli.
Pasar monopoli (dari bahasa Yunani: monos, satu + polein, menjual) adalah suatu bentuk pasar di mana hanya terdapat satu penjual yang menguasai pasar. Penentu harga pada pasar ini adalah seorang penjual atau sering disebut sebagai "monopolis". (Wikipedia)

nah, yg terjadi di PLN adalah PLN sebagai perusahaan pemegang kuasa usaha ketenagalistrikan (sesuai PP No.10/1989; PP No.17/1990; PP No.23/1994)berkewajiban menyediakan tenaga listrik ke seluruh Indonesia, dengan harga jual listrik (TDL) yang ditentukan oleh Pemerintah (bukan ditentukan PLN sendiri seperti pada pengertian monopoli). Harga jual listrik rata2saat ini sekitar Rp 626/kWh, sedangkan biaya produksi listrik saat ini mencapai kurang lebih Rp 1300/kWh. (Wow.. klo saya jadi pedagang pastinya sdh tidak mau jualan lagi..). Nah,kompensasi dari pemerintah adalah memberi subsidi untuk selisih harga jual dengan harga produksi tadi. Tapi apakah itu sudah menyelesaikan masalah PLN? Belum.. (aduh.. banyak bgt siy masalah PLN).

Subsidi itu hanya menutupi kekurangan biaya produksi. Tapi darimana uang untuk investasi..?? klo pedagang mau lebih maju kan harus mendapatkan untung untuk mengembangkan usahanya. Inilah yg menjadi bom waktu dari masalah2 yg lalu.. Investasi kelistrikan yg ada tidak bisa mengejar pertumbuhan kebutuhan listrik masyarakat. hasilnya.. BYAR PET !

Kenapa biaya produksi listrik bisa mahal? jawabannya karena PLN harus membeli bahan bakar dengan harga pasar(yg katanya ada di Indonesia dan bisa didapatkan dg gratis). Biaya dari komponen bahan bakar terus meningkat mengikuti pergerakan harga di pasar global.
Para pengusaha pemilik bahan bakar itu lebih memilih mengekspor dengan harga yg lebih tinggi dari pada membantu PLN yg "tidak mampu" membeli bahan bakar dg harga tinggi. Saran saya ke pemerintah siy seharusnya ada kebijakan ttg bahan bakar yg lebih mengutamakan kepada kepentingan rakyat sehingga harga jual listrik bisa lebih ditekan.

Demikian sharing dari saya. Semoga pemerintah bisa lebih mementingkan kebutuhan masyarakat luas agar tercapai kemakmuran bersama. Salam.

Anonymous said...

comment balasan yang benar-benar bagus dari Anita :)

Kita sebagai rakyat Indonesia lebih baik jangan hanya bisa mengeluh dan curiga atas hal yang tidak-tidak.

Alangkah baiknya kita berpikiran positif dan membantu memecahkan semua masalah yang ada dengan cara-cara tidak langsung.

Ditambah kasus FTA China sekarang ini, saya malu melihat rakyat Indonesia yang hanya bisa mendemo dan memprotes kebijakkan yang sudah ditetapkan. Mengapa mereka yang mendemo mencoba untuk membuang-buang waktu mereka dengan hal yang lebih berguna, misalnya memikirkan cara bagaimana mengalahkan harga produksi barang china yang masuk keIndonesia, dan lain-lainnya.Kenyataan mereka hanya bisa berdemo ria. Sungguh malu.

Sekian.
Albert

Malie Kutim said...

sangat menarik sekali ulasan anda, ijin copas untuk saya pelajari dan kembangkan terima kasih